Jumat, 04 April 2014

Perempuan Layak Menjadi Pemimpin




Banyak pendapat yang mengatakan bahwa laki-laki lebih kuat daripada perempuan, baik dalam segi fisik maupun jika dilihat dari beragam aspek. Opini ini menimbulkan masalah yaitu kesetaraan gender yang menjadi perhatian khusus di seluruh dunia. Presentase ketimpangan gender di dunia amat memprihatinkan. Menurut data yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia, pada tahun 2013 Indonesia berada di urutan ke-95 dari 136 negara dilihat dari aspek kesenjangan gender.[1] Dalam data tersebut, yang paling signifikan adalah bidang politik.

Sebagai negara yang menerapkan demokrasi, tak lama lagi Indonesia akan kembali menghelat ‘pesta’ demokrasi yang akan menjadi penentu bagaimana nasib Indonesia 5 tahun mendatang. Dengan antusias, partai politik mengajukan calon pemimpin mereka yang dinilai dapat memajukan Indonesia. Berlomba-lomba mereka mengerahkan kekuatan untuk meraih simpati masyarakat. Dengan serentet masalah yang masih merundung Indonesia; kemiskinan, ketimpangan sosial, korupsi yang merajalela tentunya rakyat Indonesia berharap akan tampil sosok pemimpin yang nantinya akan menepati janjinya untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik.

Yang menarik, pada pemilihan umum tahun 2014 ini semakin terlihat banyaknya perempuan yang maju menampilkan visi dan misinya memimpin Indonesia. Slogan yang menyatakan bahwa ‘politik itu Cuma untuk laki-laki’ kian memudar karena perempuan semakin berani menonjolkan dirinya. Ditambah dengan persetujuan Mahkamah Konstitusi akan pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 mengenai Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD yang memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk mengedepankan calon legislatif perempuan jika memperoleh suara yang sama dengan calon legislatif laki-laki. Walaupun keputusan ini baru akan berlaku pada pemilu 2019 nanti dan banyak menimbulkan kontroversi dari pihak tertentu namun keputusan ini dianggap sebagai peluang besar bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam dunia politik. Dengan demikian dominasi kaum laki-laki di ranah politik dapat seimbang dengan kehadiran calon legislatif perempuan.

Menurut saya, ada beberapa alasan logis mengapa perempuan layak untuk berkecimpung dalam dunia politik. Pertama, naluri seorang perempuan yang lembut yang akan membantu meminimalisir konflik yang berkepanjangan. Seringkali laki-laki menggunakan akal rasional dalam menyelesaikan permasalahan sehingga tak jarang masalah tersebut berujung pada kekerasan, tidak menemukan jalan keluar yang diharapkan semula. Berbeda dengan perempuan yang melihat sudut pandang masalah dengan perasaan yang membuat perempuan dapat menjadi penengah yang efektif untuk mencegah masalah berlanjut kedalam skala yang lebih besar.

Kedua, tidak semua permasalahan mampu diselesaikan oleh laki-laki. Saat ini diskriminasi terhadap perempuan di tempat umum, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, penganiayaan terhadap anak. Mayoritas permasalahan tersebut menimpa perempuan. Sering saya temui dalam sebuah keluarga, anak laki-laki mendapatkan prioritas utama dibandingkan anak perempuan. Pelecehan seksual marak pada perempuan karena steororipe perempuan adalah makhluk yang lemah sudah melekat sedemikian rupa.

Permasalahan tersebut dalam banyak kasus melibatkan perempuan yang pernah menjadi survivor untuk menjadi penyembuh bagi perempuan lainnya yang menjadi korban. Perangai perempuan yang lebih sabar dan peka dalam menghadapi permasalahan yang ada membuat perempuan menurutku lebih unggul dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan aspek sosial.

Dengan pemilu yang semakin dekat, ada harapan semakin banyak perempuan yang unjuk diri merambah dunia politik supaya tercapai keseimbangan dalam hal gender khususnya aspek politik, dan permasalahan yang berkaitan dengan perempuan dapat menjadi fokus utama karena dengan adanya perempuan yang menempati kursi politik tentunya terdapat wadah yang dapat membela hak dan aspirasi perempuan yang selama ini cenderung terabaikan karena ‘kalah suara’.

Saya mendapati kian banyak bermunculan pemimpin perempuan yang terbukti tidak hanya mengutamakan penampilan saja, namun benar-benar tulus ingin memperbaiki kota dan rakyat yang dipimpinnya. Salah satunya yaitu Tri Rismaharini, wanita pertama yang menjadi walikota Surabaya pada tahun 2010. Ibu Risma berhasil mengubah kota Surabaya menjadi bersih dan tercipta lingkungan yang asri. Berkat kepemimpinannya, Surabaya meraih Piala Adipura pada tahun 2011 dalam kategori kota metropolitan. Selain itu, Ibu Risma masuk dalam daftar walikota terbaik di dunia karena karakternya yang tegas dan dekat dengan masyarakat.

Karena sosoknya yang tegas itulah banyak pejabat Surabaya yang berusaha menggeser Ibu Risma dari posisinya sebagai walikota. Ibu Risma semakin hangat diperbincangkan karena munculnya rumor keinginannya ingin mengundurkan diri dari jabatan karena banyaknya tekanan dari sekitar. Rumor yang kontroversial ini memancing reaksi berbagai pihak, munculnya petisi #SaveRisma yang menginginkan agar Ibu Risma tetap tangguh apapun kondisi yang dihadapinya di lingkungan politik.

Tri Rismaharini hanya satu dari segelintir wanita inspiratif di dunia perpolitikan Indonesia yang bermunculan. Tidak hanya menjadi penggembira dalam semarak demokrasi namun berlandaskan keinginan untuk membuat perubahan, mengabdi untuk rakyat. Saya yakin jika perempuan diberikan kesempatan lebih besar untuk mendalami dunia politik, tentunya dengan pendidikan mengenai politik yang mumpuni dapat mendukung munculnya kader perempuan Indonesia yang berkualitas. Pemilu 9 April 2014 mendatang dapat menjadi titik awal bahwa perempuan juga mampu mendorong adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Karena perubahan adalah sesuatu yang diciptakan, bukan ditunggu.






[1] Sumber: http://www.tribunnews.com/nasional/2014/03/08 artikel Kesetaraan Gender Mengalami Sedikit Perbaikan di Indonesia.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Hehe terima kasih. Hanya mengalirkan apa yg dirasakan dalam hati dan pikiran :)

      Hapus