Sabtu, 29 Maret 2014

Harimau Sumatera Yang Tersisihkan



“Ketika kita menghancurkan sesuatu yang diciptakan oleh alam, kita menyebutnya proses. -Ed Begley Jr.”




          Ketika mengetahui informasi mengenai lomba blog yang diadakan oleh salah satu organisasi non profit di Indonesia, aku tertegun dan bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita peduli pada bumi yang sudah memberi begitu banyak kehidupan pada kita? Apakah kita telah memperlakukan lingkungan sebagaimana mestinya? Kembali pada masing-masing individu bagaimana pertanyaan tersebut dapat terjawab.
          Merupakan rahasia umum jika Indonesia dijuluki sebagai negara yang kaya akan keragaman alamnya. Apa yang ada disini belum tentu tersedia di belahan dunia lain. Wisatawan asing dari berbagai penjuru dunia kagum akan keindahan yang disajikan Indonesia. Sebagai warga negara, terselip rasa bangga. Namun di sisi lain fakta tersebut sungguh ironis mengingat apa yang terjadi di lapangan. Kekayaan yang terhampar perlahan tertutup oleh kebutuhan manusia yang dilapisi keserakahan semata. Perbuatan tersebut tidak diimbangi dengan mengembalikan apa yang sudah kita ambil dari bumi.
          Rusaknya hutan atas nama pembangunan mengorbankan flora dan fauna yang semula hidup damai di alam liar. Kehidupan mereka harus terusik dengan tangan panas manusia. Salah satu contoh yaitu harimau sumatera. Gelar raja hutan yang tersampir padanya kini terkalahkan dengan kawanan buldoser manusia.


Hutan musnah
Selamatkan si raja hutan sebelum terlambat (sumber foto: www.greenpeace.org )


          Berdasarkan data website resmi WWF Indonesia, jumlah populasi harimau sumatera di alam bebas kini hanya berkisar 400 ekor. Sungguh kenyataan yang menyedihkan. Rumah mereka tergusur oleh peralihan fungsi hutan, mereka kelaparan sehingga jalan akhir yaitu memasuki pemukiman manusia. Disinilah terjadi konflik dengan manusia, mereka dibunuh dan organ tubuhnya dijual secara ilegal untuk pengobatan tradisional. Melihat kondisi tersebut rasanya tak adil jika hutan masih digadang-gadang sebagai paru-paru dunia. Napas mereka telah dikuras oleh penghuni dominan bumi ini, manusia.
          Di sisi lain, aku kembali terkejut dengan berita yang beredar di media nasional. Dikutip dari detik.com, pemangku kepentingan negeri ini sepakat untuk bekerjasama dalam hal pengembangbiakkan harimau sumatera dengan salah satu kebun binatang di Jerman, Eropa Barat. Sepasang harimau sumatera dikirimkan kesana untuk diteliti demi konservasi dan melindungi hewan tersebut dari ambang kepunahan yang semakin dekat.
          Aku sedih. Seperti biasa, pihak asing yang lebih berkonsentrasi dengan kehidupan binatang liar. Harimau yang habitatnya di Sumatera hidupnya lebih terjamin di daratan Eropa. Indonesia seperti kehilangan taring merawat harta yang dimiliki. Pembalakan hutan yang sudah melampaui batas mengancam habitat mereka dan jika dibiarkan, sepuluh tahun mendatang hewan gagah tersebut hanya akan menjadi cerita bagi generasi penerus.
          Timbul secercah harapan di hatiku. Kelak akan muncul sosok baru pemimpin Indonesia yang terbuka matanya akan pentingnya isu lingkungan. Pemimpin harus mengelola kebijakan pemberdayaan kekayaan alam Indonesia dengan bijaksana dimana indikator ekonomi seimbang dengan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Keyakinan dalam hatiku begitu kuat bahwa pemilih Indonesia sudah cerdas memilih pemimpin yang memasukkan isu lingkungan sebagai fokus utama memajukan Indonesia.
          Kita semua belum terlambat untuk menyelamatkan keberadaan harimau sumatera. Karena upaya konservasi harimau sumatera, serta satwa liar lainnya tidak hanya menjadi tugas WWF Indonesia namun menjadi tanggung jawab kita semua.

PS: Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog WWF Indonesia dengan tema Blogger Peduli Lingkungan. #IngatLingkungan

1 komentar:

  1. Hanya mengeluarkan apa yg berkecamuk dlm hati krn kekacauan alam udh kterlaluan. Makasih yaaa :')

    BalasHapus