There
are no strangers in here, just friends you haven’t met.. – Roald Dahl
Pepatah diatas adalah
quote yang aku suka banget. Sekaligus untuk menghadapi realita bahwa pergi sendirian
di Indonesia itu masih merupakan suatu hal yang aneh. Ke kafe sendirian aja
dapat tatapan penuh pertanyaan dari orang sekitar, apalagi pergi traveling ke tempat
yang jauh dan belum pernah kita kunjungin sebelumnya.
Sebulan lalu waktu lagi
asyik berselancar di dunia maya, tiba-tiba aku teriak kegirangan karena ada
tawaran menarik traveling ke Bromo. Pas melihat rangkaian tempat yang
dikunjungi dan harga yang ditawarkan, tanpa pikir panjang langsung menghubungi
agen travel yang bersangkutan. Apalagi pergi ke Bromo melihat matahari terbit
dan merasakan sejuknya udara Batu, Malang sudah lumayan lama bertengger di
daftar destinasi impian. Ketika mengurus birokrasi (perizinan ke orangtua),
sudah tentu pertanyaan yang pertama kali muncul bukan mau pergi kemana tetapi:
perginya sama siapa? Sendirian? Pertanyaan yang selalu membuatku menghela napas keheranan. Apa yang salah dengan bepergian sendirian?
Aku selalu memiliki
keyakinan, walaupun kita melakukan perjalanan solo kita tidak akan pernah
benar-benar sendirian. Dunia ini dihuni 7 miliar manusia, mana mungkin tidak
bertemu siapapun di perjalanan. Kalimat sakti yang selalu aku tanamkan sejak
traveling jadi impianku di bangku SMA. Seperti pepatah Roald Dahl diatas,
didunia ini tidak ada orang yang sungguh asing. Orang asing yang nantinya kita
temui di perjalanan adalah teman yang belum pernah kita temui sebelumnya.
Perjalanan, keluar dari zona nyaman |
Hal ini terbukti ketika
aku dan temanku tiba di Stasiun Kereta Api Senen, Jakarta Pusat yang merupakan
tempat pertemuan agen travel yang aku ikuti yang nantinya akan melewati
perjalanan ke Malang bersama-sama. Sedang termenung sendirian karena udara
diluar yang cukup panas menyengat, satu persatu teman grup yang juga ikut ke
Malang menghampiri. Percakapan segera bergulir, karena bagaimanapun aku akan
bersama mereka selama 4 hari 3 malam. Benar bukan, kita tidak benar-benar
sendiri dalam perjalanan yang kita lalui dalam kehidupan apapun bentuknya.
17 jam menempuh
perjalanan di kereta api kelas ekonomi seperti tidak berasa karena sepanjang
itu pula aku bertukar cerita dengan banyak sekali orang baru. Inilah esensi
yang menjadi kecintaanku kala traveling, mengalahkan foto-foto bagus atau
memamerkan perjalanan ke media sosial. Bahwa sesungguhnya perjalanan bukan
semata destinasi yang dituju, namun perjalanan itu sendiri. Bertemu orang baru
adalah hal yang tak bisa ditukar dengan uang berapapun jumlahnya.
Di Batu, Malang grup
perjalanan kami disambut cuaca yang sungguh menyenangkan. Sangat jauh berbeda
dengan Jakarta yang penuh polusi dan terik menimbulkan peluh di badan. Hal ini
sangat berpengaruh pada pembawaan suasana hati. Aku sangat menikmati perjalanan
yang sedang berlangsung, mengunjungi tempat baru yang selama ini hanya kulihat
di majalah perjalanan, dan tentunya bertemu dengan sekelompok orang yang
memiliki hobi sama. Sejenak aku lupa dengan sumpeknya Jakarta dan permasalahan
yang ada di rumah. Semuanya meluap bersama dinginnya udara kota Batu.
Setelah 17 jam di perjalanan, kami tiba di kota Batu, Malang |
Mengabadikan momen sebelum berkeliling Museum Angkut, museum menakjubkan di kota Malang |
Setelah mengelilingi
kota Batu dan berkunjung ke beberapa tempat menarik, kami semua tiba pada
bintang utama dalam perjalanan ini: mengejar matahari terbit ke Gunung Bromo
sekaligus merayakan ulang tahun Indonesia yang ke-70. Memang kelompok travel
kami tidak menggelar upacara bendera secara resmi, namun kami tampaknya
memiliki metode sendiri untuk itu. Ketika sedang berada di alam, tak harus
berpakaian formal seperti perhelatan di Istana Negara bukan?
Bromo menyambut kami dengan pelukannya yang bersahabat |
Bersama mengibarkan sang Saka Merah Putih di Puncak Kawah Bromo. Dirgahayu ke-70 tahun, Indonesia!! Tetaplah berjaya!! |
Perjalanan kali ini
meninggalkan kesan yang amat mendalam. Selain bertemu dengan ‘orang asing’ baru
yang menjelma menjadi teman karib, pertemanan itu bahkan berlanjut sampai kami
pulang ke Jakarta. Bahkan selama masih berputar di Malang, rencana trip bersama
lagi sudah mengalir kembali. Seakan lupa saat itu kami masih dalam perjalanan,
belum kembali ke kota asal masing-masing.
Melangkahlah, teman. Jangan
ragu untuk meninggalkan zona nyaman. Melakukan perjalanan, sendiri atau
beramai-ramai merupakan sebuah kegiatan yang asyik untuk dilakukan. Ketika perjalanan
itulah kita semua bisa menyadari bahwa kita hanya gumpalan kecil dari alam
semesta. Dalam perjalanan juga, kita bisa mengenal karakter asli seseorang. Karena
di alam, semua tampak asli seperti lukisan indah yang Tuhan ciptakan di
permukaan bumi ini. Sama indahnya dengan kebersamaan yang didapat dalam perjalanan.
Selamat Ulang Tahun Indonesia tercinta!! |
P.S Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Kompas Travel Fair 2015.