Memasuki 2014, semakin banyak
orang yang hobi berwisata. Selain untuk melepas penat dari rutinitas sehari-hari,
melakukan perjalanan telah bertransformasi menjadi gaya hidup. Perjalanan ke
sebuah destinasi baru tidak lagi mengenal status sosial, bahkan orang yang
sibuk berkarier dan ibu rumah tangga pun menyisihkan waktunya untuk berlibur
ditengah kesibukan. Pada 2012 lalu, jumlah perjalanan di dunia mencapai satu
miliar orang dan diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan.
Fakta diatas membuktikan bahwa
pariwisata merupakan sektor yang amat vital yang kebal terhadap krisis. Ditengah
gejolak ekonomi yang melanda lingkup global, tidak mempengaruhi alur masyarakat
dunia termasuk Indonesia untuk melakukan perjalanan sebagai bagian dari agenda.
Banyaknya informasi yang dapat diakses di internet, orang-orang semakin banyak
yang menuliskan pengalaman perjalanan di blog dan media sosial lainnya,
memberikan kemudahan bagi orang yang masih pemula dalam melakukan perjalanan.
Di Indonesia sendiri, pariwisata
juga mengalami perkembangan yang menakjubkan. Meskipun Indonesia sedang
dihadapkan pada permasalahan sosial; seperti kesenjangan pendidikan, akses
terhadap fasilitas kesehatan, pertumbuhan orang miskin dan kawasan kumuh; namun
melakukan perjalanan di Indonesia baik sendiri maupun dengan rombongan telah
menjadi trend yang sedang menjamur di berbagai kalangan usia. Tidak terkecuali
kaum muda yang di rentang usianya haus akan tantangan dan pengalaman hidup yang
belum tentu bisa didapat di lembaga pendidikan resmi (bangku sekolah).
Tidak hanya pejalan domestik yang
giat berpelesir, semakin banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia membuat pemerintah kita banyak berbenah dalam segala aspek. Hal ini
didukung dengan kemudahan akses transportasi dimana harga tiket semakin mudah
dicapai segala kalangan.
Bahkan dalam situs resmi Portal Nasional RI, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa
pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 9,39%;
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut melampaui
pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,7%.
Sektor pariwisata juga menempati
urutan keempat penyumbang devisa negara terbesar pada tahun 2013. Hal ini
membuktikan bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi serta pemasukan produk domestik bruto negara, walaupun dalam beberapa
hal terdapat sektor yang terus dalam proses penggarapan; misalnya dalam hal
infrastruktur, kebersihan dan kesehatan tempat wisata tujuan.
Permasalahan
Pariwisata Indonesia
Walaupun sektor pariwisata
Indonesia masih tahan terhadap krisis ekonomi global yang melanda sejumlah
negara, tidak dapat ditampik bahwa pariwisata Indonesia menghadapi sejumlah
masalah yang jika tidak ditanggapi tentunya dapat berpengaruh terhadap ekonomi
Indonesia kedepannya.
Pertama, kesenjangan sosial. Permasalahan
ini dapat dilihat di sejumlah destinasi wisata yang sudah terbuka terhadap
keberadaan turis. Bali misalnya yang telah menjadi primadona pariwisata di mata
dunia. Hanya sebagian daerah yang ekonominya tumbuh karena geliat turis (Kuta,
Legian) sementara di Bali Selatan penggarapan pariwisata masih kurang sehingga
pembangunan tidak merata. Banyak orang yang masih berada dalam jurang
kemiskinan karena belum tersentuh aktivitas pariwisata.
Tentunya hal ini membutuhkan
korelasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah setempat supaya gejolak
pariwisata dapat dirasakan oleh masyarakat setempat, tidak hanya menguntungkan
kaum pendatang. Alangkah baiknya pengelolaan destinasi wisata juga melibatkan
masyarakat lokal dalam hal pengadaan lapangan pekerjaan sehingga tidak
menimbulkan ketimpangan yang melebar antara warga Indonesia sendiri dan warga
negara asing yang membuka usaha disana.
PS. Bukan hanya sepasang kekasih
yang baru putus kok yang bisa move on. Indonesia sebagai negara yang besar
pasti juga bisa!:) #DompetDhuafa #IndonesiaMoveOn