“Ketika kita menghancurkan sesuatu yang diciptakan oleh alam, kita menyebutnya proses. -Ed Begley Jr.”
Ketika mengetahui informasi mengenai lomba blog yang diadakan
oleh salah satu organisasi non profit di Indonesia, aku tertegun dan bertanya
pada diri sendiri: sudahkah kita peduli pada bumi yang sudah memberi begitu
banyak kehidupan pada kita? Apakah kita telah memperlakukan lingkungan sebagaimana mestinya? Kembali pada masing-masing individu bagaimana pertanyaan
tersebut dapat terjawab.
Merupakan
rahasia umum jika Indonesia dijuluki sebagai negara yang kaya akan keragaman
alamnya. Apa yang ada disini belum tentu tersedia di belahan dunia lain. Wisatawan
asing dari berbagai penjuru dunia kagum akan keindahan yang disajikan Indonesia.
Sebagai warga negara, terselip rasa bangga. Namun di sisi lain fakta tersebut sungguh
ironis mengingat apa yang terjadi di lapangan. Kekayaan yang terhampar perlahan
tertutup oleh kebutuhan manusia yang dilapisi keserakahan semata. Perbuatan tersebut
tidak diimbangi dengan mengembalikan apa yang sudah kita ambil dari bumi.
Rusaknya
hutan atas nama pembangunan mengorbankan flora dan fauna yang semula hidup
damai di alam liar. Kehidupan mereka harus terusik dengan tangan panas manusia.
Salah satu contoh yaitu harimau sumatera. Gelar raja hutan yang tersampir padanya
kini terkalahkan dengan kawanan buldoser manusia.
Selamatkan si raja hutan sebelum terlambat (sumber foto: www.greenpeace.org ) |
Berdasarkan
data website resmi WWF Indonesia, jumlah populasi harimau sumatera di alam
bebas kini hanya berkisar 400 ekor. Sungguh kenyataan yang menyedihkan. Rumah mereka
tergusur oleh peralihan fungsi hutan, mereka kelaparan sehingga jalan akhir
yaitu memasuki pemukiman manusia. Disinilah terjadi konflik dengan manusia,
mereka dibunuh dan organ tubuhnya dijual secara ilegal untuk pengobatan
tradisional. Melihat kondisi tersebut rasanya tak adil jika hutan masih digadang-gadang sebagai paru-paru dunia. Napas mereka telah dikuras oleh penghuni dominan bumi ini,
manusia.
Di
sisi lain, aku kembali terkejut dengan berita yang beredar di media nasional. Dikutip
dari detik.com, pemangku kepentingan negeri ini sepakat untuk bekerjasama dalam
hal pengembangbiakkan harimau sumatera dengan salah satu kebun binatang di
Jerman, Eropa Barat. Sepasang harimau sumatera dikirimkan kesana untuk diteliti
demi konservasi dan melindungi hewan tersebut dari ambang kepunahan yang
semakin dekat.
Aku
sedih. Seperti biasa, pihak asing yang lebih berkonsentrasi dengan kehidupan binatang liar. Harimau yang habitatnya di Sumatera hidupnya lebih terjamin di
daratan Eropa. Indonesia seperti kehilangan taring merawat harta yang dimiliki.
Pembalakan hutan yang sudah melampaui batas mengancam habitat mereka dan jika
dibiarkan, sepuluh tahun mendatang hewan gagah tersebut hanya akan menjadi
cerita bagi generasi penerus.
Timbul
secercah harapan di hatiku. Kelak akan muncul sosok baru pemimpin Indonesia
yang terbuka matanya akan pentingnya isu lingkungan. Pemimpin harus mengelola
kebijakan pemberdayaan kekayaan alam Indonesia dengan bijaksana dimana
indikator ekonomi seimbang dengan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Keyakinan
dalam hatiku begitu kuat bahwa pemilih Indonesia sudah cerdas memilih pemimpin
yang memasukkan isu lingkungan sebagai fokus utama memajukan Indonesia.
Kita
semua belum terlambat untuk menyelamatkan keberadaan harimau sumatera. Karena upaya
konservasi harimau sumatera, serta satwa liar lainnya tidak hanya menjadi tugas WWF Indonesia namun menjadi tanggung jawab kita semua.
PS: Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog WWF Indonesia dengan tema Blogger Peduli Lingkungan. #IngatLingkungan