Sesuatu yang melekat..
Sesuatu yang
dirindukan..
Sesuatu yang kerap
sulit dijangkau..
Sesuatu itu
adalah air. Makhluk hidup cenderung memilih lapar dibandingkan haus. Manusia
dapat hidup beberapa hari tanpa makanan namun tidak bisa jika tanpa air. Sudah
merupakan fakta mutlak bahwa zat yang terdapat dalam tubuh manusia, 73% terdiri
dari air.[1] Tanpa
air, roda kehidupan di dunia ini dapat mengalami ketimpangan.
Indonesia
memiliki 6% dari ketersediaan air di dunia, dengan kata lain 21% air yang ada
di kawasan Asia Pasifik berada di Indonesia. Betapa beruntung bagi kita tinggal
di negara yang amat kaya akan air. Kita tidak dapat mengelak bahwa Indonesia
didominasi oleh perairan. Namun dengan kondisi demikian apakah berarti seluruh
masyarakat Indonesia telah tercukupi kebutuhannya akan air?
Jawabannya
adalah tidak. Setiap tahunnya populasi penduduk di Indonesia mengalami
peningkatan, yang mengindikasikan kebutuhan akan air sebagai elemen vital dalam
kehidupan sehari-hari juga melonjak signifikan. Hak atas air dan kebutuhan
sanitasi bersih yang terkandung dalam Resolusi PBB 29 Juli 2010; yang mendapat
dukungan penuh dari Indonesia nyatanya belum terpenuhi oleh negara. Akses warga
negara terhadap air bersih menjadi momok menakutkan di tanah yang kaya akan
sumber daya alam ini.
Menurut
data yang dirilis oleh Bank Dunia pada tahun 2008 menunjukkan 900 juta orang di
dunia tidak memiliki akses untuk memperoleh air bersih dan 2,6 miliar jiwa
kesulitan menjangkau akses sanitasi yang layak. Di Indonesia sendiri,
kepemilikan akses air bersih dan kebutuhan sanitasi baru dirasakan oleh 50% penduduk.
Situasi diperparah dengan keberadaan Perusahaan Daerah Air Minum yang kurang
layak untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat.[2]
Fenomena krisis air
bersih, ketersediaan air yang semakin menurun ditengah pertumbuhan penduduk
yang meningkat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu yang tidak bisa
diabaikan yaitu faktor manusia. Perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya; eksploitasi
sumber daya alam oleh sekelompok orang yang memiliki kepentingan dengan
melebihi kapasitas yang seharusnya, sejatinya turut berkontribusi dalam merusak
lingkungan dan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup sebagai tempat
tinggal yang layak.
Kesadaran manusia dalam
menghargai alam yang masih rendah mengakibatkan langkanya air bersih. Aktivitas
banyak sekali dilakukan di sungai karena minimnya sarana sanitasi. Mencuci,
kebutuhan akan hajat bahkan membuang sampah sisa rumah tangga dilakukan di
sungai. Kondisi sungai di Indonesia kian buruk dengan aktivitas pabrik tidak
bertanggung jawab yang mengalirkan limbah ke sungai tanpa penyaringan sehingga
pencemaran semakin parah. Sungai yang tercemar tidak layak untuk dikonsumsi
airnya dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akibat lain, saluran sungai
yang tersumbat sampah menyebabkan banjir kala intensitas hujan sedang tidak
menentu.
Defisit air bersih yang
banyak dialami di wilayah Indonesia; terutama paling dirasakan dampaknya di
daerah terpencil yang masih tak terjamah pemerintah pusat, melahirkan fakta
pahit. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkan Indonesia sebagai negara
penyumbang angka diare terbesar kedua di dunia. Diare yang sebenarnya dapat
dicegah di Indonesia justru menjadi penyebab utama kematian anak berusia di
bawah lima tahun. Hal itu disebabkan kebutuhan masyarakat yang mendesak akan
air bersih sehingga rela menjadikan air yang tidak layak dikonsumsi sebagai
kebutuhan sehari-hari bahkan sebagai air minum.
Terkait pembahasan
diatas, dimana akses air bersih belum menjadi prioritas negara tidak menutup
kemungkinan Indonesia akan mengalami krisis air bersih yang tak terhindarkan
pada tahun 2025 mendatang.
Sebagai langkah
preventif dalam menanggulangi krisis air bersih yang marak di wilayah
Indonesia, tentu pemerintah harus menerapkan sejumlah solusi untuk menghadapi
krisis air bersih yang tentunya berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup
masyarakat utamanya yang menetap di kawasan terpencil. Pertama, Penegakan hukum terkait perlindungan akses air bersih yang
selama ini belum maksimal. Hal ini dipandang sebagai langkah penting karena
kerap terjadi kasus privatisasi air yang dikepalai oleh sejumlah pihak sehingga
hak untuk khalayak umum berkurang.
Kedua,
meningkatkan manajemen pengelolaan air. Tak dapat dipungkiri
Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar warga berprofesi sebagai
petani. Namun petani belum menjadi fokus utama disini, negara lebih memilih
untuk memenuhi kebutuhan pangan dari luar negeri sehingga kualitas lokal
terabaikan. Jika pembangunan infrastruktur penyediaan air disertai dengan
pengelolaan yang optimal digalakkan tentu dapat meningkatkan penghasilan para
petani dan kualitas bahan pangan meningkat.
Ketiga,
revisi Undang-Undang lingkungan hidup. Penulis menganggap hal
ini sebagai hal utama yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah karena banyak
pihak dapat merusak lingkungan, mengeruk kekayaan sumber daya alam, menebang
hutan namun tidak diimbangi dengan hukuman yang setimpal sehingga perusakan
lingkungan atas nama pembangunan berkelanjutan menjadi hal yang diperbolehkan. Padahal
kerusakan lingkungan menjadi faktor yang mengakibatkan kemampuan alam menurun
untuk memenuhi kualitas hidup manusia yang lebih baik.
Berangkat dari solusi
yang menjadi tanggung jawab utama negara dalam memenuhi hak asasi warga negara;
mencakup hak memperoleh akses air bersih dan sanitasi yang memadai tentu
dibutuhkan langkah serupa dari kita sebagai makhluk hidup yang membutuhkan air
dalam kehidupan.
Langkah
dapat dimulai dari hal yang sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya
tanpa harus menunggu teguran atau terkena denda.
Menghemat air, kurangi penggunaan air
yang tidak dibutuhkan seperti membiarkan air terus mengalir ketika sedang
mencuci perabotan rumah tangga. Mengurangi konsumsi botol air kemasan dapat
menjadi langkah kecil membantu pemerintah untuk meminimalisir volume limbah
rumah tangga yang meningkat setiap harinya.
Jika langkah tersebut
dilakukan secara perlahan namun rutin; diikuti dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya air dan perilaku kebersihan sebagai hal kongkrit memperlakukan alam
dengan semestinya, maka Indonesia yang bersih dan sehat dapat terwujud.
P.S: Tulisan ini ditulis untuk diikutsertakan dalam Lomba Blog Anugerah Jurnalistik AQUA IV "AIR DAN KEHIDUPAN, UNTUK INDONESIA YANG LEBIH SEHAT"
[1]
Dirilis oleh artikel ‘Fungsi dan Peran Air Bagi Kehidupan Manusia’ yang diakses
melalui www.artikellingkunganhidup.com
pada 7 Agustus 2014.
[2]http://www.indii.co.id/upload_file/201108250807190.Saat%20Akses%20Air%20Bersih%20Menjadi%20Masalah.pdf
yang dilansir oleh http://water.worldbank.org/water-supply-and-sanitation
diakses pukul 12:10.